Assalamualaikum wr wb. Alhamdulillahi rabbil 'alamin, kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dengan telah dibuatnya web blog SD Negeri 10 Sungailiat ini, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Haryoto,S.Pd yang menyampaikan ide , dan pembuatan blog ini, semoga blog ini dapat menjadi ajang kreatifitas para guru dan siswa SD Negeri 10 Sungailiat, dan sebagai media informasi kepada masyarakat, para siswa, dan wali murid. Terima kasih
Pengelolaan Sampah yang ramah lingkungan
di sekolah
i
Pengertian Sampah
Sampah adalah sisa suatu
usaha atau kegiatan [manusia] yang berwujud padat [baik berupa zat organik
maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai] dan dianggap
sudah tidak berguna lagi [sehingga dibuang ke lingkungan]. Alam tidak mengenal
sampah, yang ada hanyalah daur materi dan energi. Hanya manusia yang menyampah
[mengakibatkan munculnya sampah].
Segala macam organisme
yang ada di alam ini selalu menghasilkan bahan buangan, karena tidak ada proses
konversi yang memiliki efisiensi 100%. Sebagian besar bahan buangan yang
dihasilkan oleh organisme yang ada di alam ini bersifat organik [memiliki
ikatan CHO, bagian tubuh makhluk hidup]. Sampah yang berasal dari aktivitas
manusia yang dapat bersifat organik maupun anorganik. Contoh sampah organik
adalah: sisa-sisa bahan makanan, kertas, kayu dan bambu. Sedangkan sampah
anorganik [hasil dari proses pabrik] misalnya: plastik, logam, gelas, dan
karet.
Ditinjau dari kepentingan
kelestarian lingkungan, sampah yang bersifat organik tidak begitu bermasalah
karena dengan mudah dapat dirombak oleh mikrobia menjadi bahan yang mudah
menyatu kembali dengan alam. Sebaliknya sampah anorganik sukar terombak dan
menjadi bahan pencemar.
Pencemaran lingkungan
umumnya berasal dari sampah yang melonggok pada suatu tempat penampungan
atau pembuangan. Perombakan sampah organik dalam suasana anaerob [miskin
oksigen] akan menimbulkan bau tak sedap. Makin tinggi kandungan protein dalam
sampah, makin tak sedap bau yang ditimbulkan. Dampak lain karena timbunan
sampah dalam jumlah besar adalah lingkungan yang kotor dan pemandangan yang
kumuh.
Timbunan sampah menjadi
sarang bagi vektor dan penyakit. Tikus, lalat, nyamuk akan berkembang biak
dengan pesat. Ruang yang ada dicelah-celah sampah dapat berupa ban, kaleng
bekas, kardus, dan lain-lain merupakan hunian yang ideal bagi tikus. Lalat pada
umumnya berkembangbiak pada sampah organik, terutama pada sampah yang banyak
mengandung protein, seperti sisa makanan. Suasana yang lembab dan hangat
sangat cocok untuk habitat nyamuk. Sampah organik menyediakan sumber makanan
yang melimpah bagi mereka.
Karakteristik sampah di
Sekolah
Sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang dapat menjadi penghasil sampah
terbesar selain pasar, rumah tangga, industri dan perkantoran. Secara umum
sampah dapat dipisahkan menjadi :
Sampah organik/mudah busuk berasal
dari: sisa makanan, sisa sayuran dan kulit buah-buahan, sisa ikan dan
daging, sampah kebun (rumput, daun dan ranting).
Sampah anorganik/tidak mudah busuk berupa :
kertas, kayu, kain, kaca, logam, plastik , karet dan tanah.
Sampah yang dihasilkan sekolah kebanyakan adalah jenis sampah kering dan hanya
sedikit sampah basah. Sampah kering yang dihasilkan kebanyakan berupa kertas,
plastik dan sedikit logam. Sedangkan sampah basah berasal dari guguran daun
pohon, sisa makanan dan daun pisang pembungkus makanan.
Pengelolaan sampah
Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok
sampah organik dan non organik dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda.
Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R
yaitu:
Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan
sampah-sampah tertentu yang masih memungkinkan untuk dipakai [penggunaan
kembali botol-botol bekas].
Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi
segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah serta mengurangi
sampah-sampah yang sudah ada.
Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan
sampah-sampah tertentu untuk diolah menjadi barang yang lebih berguna
[daur ulang sampah organik menjadi kompos].
Untuk sampah yang tidak dapat ditangani
dalam lingkup sekolah, dikumpulkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)
yang telah disediakan untuk selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan
ke Tempat Pembuangan Akhir(TPA).
Sampah yang dibuang ke
TPS ditempatkan berdasarkan pemilahan sampah yang telah dilakukan. Hal ini
dilakukan karena sampah organik cepat membusuk sementara sampah non organik
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membusuk sehingga memerlukan perlakuan
khusus. Untuk TPS yang sengaja disediakan oleh pihak sekolah sebaiknya TPS
tersebut berupa lubang yang dilengkapi dengan sistem penutup sehingga tikus,
serangga, dan hewan-hewan tertentu tidak masuk ke dalamnya dan juga untuk
menghindari bau dari sampah yang bisa mengganggu.
Untuk memudahkan
jangkauan biasanya juga disediakan bak-bak sampah kecil yang ditempatkan di
tempat-tempat yang mudah dijangkau sebagai tempat penampungan sampah sementara
sebelum dibuang ke TPS. Penampungan sampah dalam bak sampah ini juga sebaiknya
dipisahkan menjadi tempat sampah organik dan anorganik dan kalau sudah penuh
harus segera dibuang ke TPS atau langsung diambil oleh petugas kebersihan untuk
dibuang ke TPA.
Perancangan Pengelolaan
Sampah di Sekolah
Di lingkungan sekolah,
pengelolaan sampah membutuhkan yang perhatian serius. Dengan komposisi sebagian
besar penghuninya adalah anak-anak [warga belajar] tidak menutup kemungkinan
pengelolaannya pun belum optimal. Namun juga bisa dipakai sebagai media
pembelajaran bagi siswa-siswinya. Salah satu parameter sekolah yang baik adalah
berwawasan lingkungan.
Sampah basah bisa diolah
menjadi kompos. Prosesnya mudah dan sederhana. Anak usia sekolah SD hingga SLTA
bisa mengerjakan sendiri. Pembuatan kompos dengan sampah basah di sekolah bisa
menjadi media pembelajaran untuk anak didik. Setidaknya anak akan belajar
tentang Ilmu Pengetahuan Alam. Anak juga akan belajar menghargai lingkungan.
Mereka akan belajar bagaimana sampah itu bisa bermanfaat bagi manusia bukan
hanya sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan. Kompos yang dihasilkan dapat
digunakan untuk memupuk tanaman yang ada atau sebagi bahan campuran media tanam
dalam pot.
Kertas bekas yang
dihasilkan banyak sekali yang berjenis HVS. Jenis kertas ini di kalangan
pemulung memiliki harga yang paling tinggi. Belum lagi kertas karton, kertas
pembungkus makanan dan kertas jenis lainnya. Khusus untuk sampah kertas, bisa dilakukan
dua hal untuk pengelolaannya.
Yang pertama adalah daur ulang sebagai
pengelolaan sendiri. Sampah kertas bisa didaur ulang dengan cukup mudah.
Kertas bekas dipotong kecil-kecil dan direndam ke dalam air. Proses
berikutnya adalah diblender hingga berubah menjadi bubur kertas. Dari
sinilah kreativitas anak diperlukan. Bubur kertas bisa dijadikan bahan
kertas daur ulang atau bisa dijadikan bahan dasar kreativitas lain,
misalnya topeng kertas atau bentuk pigora.
Bentuk pengelolaan kedua adalah sistem pemilahan
untuk dijual. Kertas berjenis HVS dipisah dari jenis lain misalnya koran,
karton dan kerdus. Kertas bekas yang sudah dipilah tadi dijual ke
pemulung. Pemulung secara berkala akan datang ke sekolah untuk mengambil
kertas tersebut.
Jenis sampah lain yang
juga lumayan banyak di sekolah adalah plastik. Sampah ini sebagian besar
terdiri dari bungkus plastik dan botol minuman mineral. Untuk jenis terakhir
inilah yang sekarang banyak dicari orang. Botol minuman bekas yang berbahan
plastik PET bisa didaur ulang menjadi biji plastik. Demikian juga halnya dengan
kaleng minuman bekas yang berbahan logam. Sampah jenis ini juga sebaiknya
dipilah, dikumpulkan untuk kemudian dijual. Anak-anak juga dapat berkreasi
merangkainya menjadi barang kerajinan atau hiasan dinding.
Dengan sistem pemilahan
ini diharapkan anak didik dapat belajar betapa sampah yang semula kotor dan
menjijikkan ternyata memiliki nilai jual. Mata pelajaran ekonomi dapat
dipelajari dari seonggok sampah di sekolah. Anak didik akan menyadari bahwa peluang
kerja ada di sekitarnya, bukan hanya dicari tapi dapat juga diciptakan.
Dalam perancangan
pengelolaan sampah di sekolah, para siswa perlu dilibatkan secara aktif. Hal
ini dapat dilakukan dengan pembentukan regu-regu yang bertugas secara
terjadwal. Kegiatan pameran dan kompetisi berkala dapat dilakukan untuk
meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan sampah. Menulis di blog atau
majalah dinding merupakan latihan yang bagus untuk menumbuhkan jiwa-jiwa
mengelola sampah. Sehingga muncul kesadaran baru bahwa, “Sampah bukan
masalah, tetapi peluang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar